"Pernahkah kau mencintaiku seperti aku mencintaimu?"
kata-kata itu selalu ia ucapkan pada kekasihnya itu.
Gadis itu benar-benar mencintai seseorang yang sepantasnya ia pangil paman.
Begitu cintanya ia kepada laki-laki itu sampai ia rela lakukan apa saja asal bisa bersama denganya.
Tidak perduli dengan apapun.
"Aku mencintaimu, tapi maaf tidak bisa menikahimu."
Entahlah.
Berkali-kali
laki-laki itu mengucapkan kata cinta tetap saja banyak keraguan didalam
hati gadis itu. Dalam benaknya hanya terpikir kalau laki-laki itu hanya
ingi mempermaninkanya.
"Kau tahu aku milik orang lain, tapi mengapa tetap memaksakan hubungan ini?"
gadis kecil itu
tidak pernah bisa menjawab, mengapa ia selalu memaksakan hubungan yang
sudah jelas akhirnya. hanya sebuah kalimat kecil yang selalu menyertai
jawabanya. "Karena aku cinta."
Hari dimana
mereka harus berpisah semakin dekat. hari itu begitu menyakitkan untuk
gadis itu. ia selalu memohon pada kekasihnya agar selalu menemaninya di
hari-hari terakhirnya bersama kekasihnya itu.
"Temani aku ya, tiga hari ini saja. setelah itu semuanya berakhir."
kekasihnya tidak pernah menjawab iya ataupun tidak. hanya seperti mengantungkan harapan pada gadis itu.
"Kalau bukan karena cinta." gadis itu mulai meneteskan air mata "Temanilah aku karena kau kasihan padaku."
Tapi entah
mengapa kekasihnya tetap saja tidak bisa menemaninya, bahakan hingga
hari terakhir dia berada disana kekasihnya tetap diam dan tidak
menemuinya.
"Mengapa kau
seperti ini kepadaku? apakah aku benar-benar tidak ada artinya untukmu.
apakah tidak ada sedikitpun cinta untukku. mengapa kau tidak mau
menemuiku. padahal esok kita akan berpisah."
Entah sudah
berapa banyak air mata yang telah ia buang untuk kekasihnya itu. ia
merasa saat ini cintanya pada laki-laki itu benar-benar tidak ada
artinya. sedikitpun laki-laki itu tidak perduli dengan perasaanya.
Kini ia hanya tinggal menghitung jam sampai pagi menjelang dan semuanya berakhir.
"Tuhan, mengapa
aku begitu tidak ikhlas kehilangannya. Padahal Engkau sudah
memperingatkanku untuk jangan mencintainya. Bahkan akupun tahu dia takan
pernah menjadi milikku."
Jarum panjang
pada jam dinding itu masih terus berputar. dan entah mengapa lajunya
semakin cepat. Beberapa saat kemudian handphone gadis itu berdering.
"Aku didepan rumahmu, keluarlah."
gadis itu berlari kencang keluar rumah, berharap kali ini benar-benar kekasihnya yang ada diluar sana.
Ya, memang dia.
berdiri menunduk didepan mobilnya. entahlah, wajahnya tak begitu
nampak. apaka dia sedih atau senang gadis itu tidak pernah tahu.
Jam menunjukan
pukul 11.45 pm. Malam ini terasa begitu dingin, tapi gadis itu hanya
berlari pergi mengejar kekasihnya hanya dengan sedal jepit dan celana
pendek serta baju tipisnya.
"Kau tidak ada baju lain?"
gadis itu hanya menggeleng.
"Kenapa tidak pakai jaket?"
"Semuanya sudah kumasukan dalam koper."
Dia masih tetap diam. tidak banyak kata yang dia ucapkan malam itu.
"Kau tidak mau memelukku?" gadis itu menatap kekasihnya pelan.
"Tidak."
"Kenapa?"
"Tidak ada."
"Kau tidak mencintaiku?"
"Aku cinta padamu."
"Tapi mengapa kau terus menyakitiku?"
"Karena kau juga menyakitiku."
"Aku, menyakitimu? apa, apa yang membuatmu tersakiti."
"Sudahlah, kita ganti topik saja!!" wajah laki-laki itu tampak sedikit marah dan kesal.
"Kau tidak
pernah menyayangiku. kau lebih suka melihatku menangis kan." air mata
itu sudah terlalu sering dibendung. air matanya sudah tidak tertahan
lagi. semua yang ia rasakan pada kekasihnya ia katakan begitu saja tanpa
perduli dengan apapun.
"Kau senang aku pergi, karena kau bisa dengan mudah dapatkan pengantiku."
semuanya, semuanya sudah diucapkan. bahkan gadis itupun lupa apa yang tadi ia ucapkan pada kekasihnya.
"Ya semuanya
benar!!" laki-laki itu tampak begitu marah. " Kau benar, aku tidak
mencintaimu, tidak menyayangimu, aku hanya memanfaatkanmu, dan ya
semuanya benar bahwa aku hanya orang jahat. kau puas!!!"
kemudian laki-laki itu pergi meninggalkan gadis itu tanpa seutas senyumpun untuknya.
matahari mulai
nampak. koper-koper itu tampak begitu besar dan berat. Semua
kawan-kawannya sudah bersiap didepan rumah hanya tiggal gadis itu.
"Datanglah sebentar saja kerumahku. Sebentar saja." air mata itu terus mengalir. "Kumohon."
"Aku tidak bisa. aku harus bekerja."
"Sebentar saja."
kekasihnya tidak banyak bicara dan segera mematikan telponya.
Sesaat kemudian sebuah pesan singat masuk ke handphonenya.
Maaf aku tidak bisa datang.
Pulanglah.
Suatu hari nanti aku pasti akan menemuimu.
aku mencintaimu.
Kenapa begitu. kenapa laki-laki itu begitu jahat pada gadis itu.
yang bisa dilakukan gadis itu hanyalah memohon agar kekasihnya bisa datang.
tapi tetap, kekasihnya tidak pernah datang.
"Tuhan, aku
benar-benar tidak ikhlas dengan semua ini. kalau Kau sayang padaku,
Tuhan. tunjukan padaku kalau dia benar-benar mencintaiku. Perlihatkan
padaku kalau ada aku dihatinya."
Bus itu melaju cepat menuju Airport, hinga Doaaaaaaarrrrrrr.... sebuah kecelakan besar menumbangkan bus itu.
4 dari 13 orang
penumpangnya mengalama cedera berat, termasuk gadis itu. 7 buah mobil
ambulan datang dengan cepat dan mengantarkan mereka ke rumah sakit
terdekat.
gadis itu
tampak tidak merasakan apa-apa padahal lukanyalah yang paling berat. dia
hanya terbaring diam melihat keadaan disekitarnya. hinga seseorang
datang dengan berlari dan segera memeluknya.
"Apa yang terjadi padamu?"
gadis itu tetap dia, kini dia bisa merasakan lukanya, begitu sakit, pedih dan sangat menyiksa.
"Dengarkan aku. semuanya akan baik-baik saja. dokter akan menolongmu."
wajah laki-laki itu tampak begitu khawatir.
"Aku, tidak ingin pergi." suara gadis itu terbata-bata "Tidak ingin meninggalakanmu."
"Kau tidak akan pernah meningalkanku dan aku tidak akan pernah meninggalkanmu."
"Sa-kit... disini sakit." gadis itu mengengam dadanya kencang, seraya mengisyaratkan sesuatu.
"Semuanya akan baik-baik saja. aku tidak akan meningalkanmu."
gadis itu mulai tersenyum tipis.
"Kau mau kita
berpisah kan, sekarang kita akan berpisah. Tuhan tidak mau kita bersama.
Dia ingin aku menemaniNya. karena kau tidak bisa menemaniku." Senyum
gadis itu semakin melebar tapi wajahnya masih tampak kesakitan. "Kau mau
aku pulang kan, aku akan pulang tapi kau tidak bisa menemuiku lagi."
laki-laki itu hanya terdiam. matanya mulai memerah.entah apa yang kini bergejolak dihatinya. begitu pedih dan menyakit.
"Sayang, Pernahkah Kau mencintaiku seperti aku mencintaimu?"
tubuh gadis ini
begitu dingin. denyut nadi dan detak jantungnya mulai tak terdengar.
darah segar masih terus mengucur dari hidung dan kepalanya. dan senyum
manisnya dibibirnya menemani matanya yang kini mulai tertutup.
Entahlah harus berapa kali kukatakan bahwa aku mencintaimu.
Entahlah apa yang harus kulakukan agar kau percaya aku menyayangimu.
Kau tahu kita takkan pernah bisa bersama, tapi kau terus memaksakan semuanya.
Kau tahu aku tidak akan bisa melihatmu pergi tapi kau terus memaksaku untuk datang.
Sekarang kau benar-benar meningalkanku dan berkata bahwa aku bahagia tanpamu.
Penahkah aku mencinkaimu seperti kau mencitaiku?
Aku pernah mencintaimu, dan akan selalu mencintaimu dan cintaku lebih besar dari cintamu kepadaku
Tidak ada komentar:
Posting Komentar